LAPORAN PPL EKO TERMINAL PETIKEMAS

LAPORAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
(PPL)
PADA PT. PELABUHAN TANJUNG PRIOK
OLEH:
Nama : EKO KRISTIAWAN
NIM :
3130076
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Transportasi Laut
FAKULTAS EKONOMI
INSTITUT BISNIS DAN MULTIMEDIA asmi
JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Program
Pengalaman Lapangan pada PT. PELABUHAN
TANJUNG PRIOK.
Tujuan
dari penyusuna Laporan Program Pengalaman Lapangan ini merupakan salah satu
dari syarat-syarat yang telah ditentukan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Transportasi Laut sebelum menyelesaikan
skripsi. Adapun Program Pengalaman Lapangan dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman langsung kepada mahasiswa atau mahasiswi bagaimana situasi dan etos
kerja di perusahaan sebenarnya, selain sebagai salah satu mata kuliah yang
wajib ditempuh.
Penyelesaian
Laporan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini :
1.
Bapak Drs.
Didimus Rumpak, M.Si selaku Dosen Pembimbing, yang selama ini banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan yang sangat berguna bagi terselesaikannya Laporan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini.
2.
Bapak Jadurben
Gultom , selaku manajer Spv Group A Nusantara 2, PT. Pelabuhan Tanjung
Priok yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) dan saran serta masukan bagi penulis.
3.
Rekan-rekan kerja di Divisi Operasi Terminal 1
Nusantara 2 yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga
Laporan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan
Program Pengalaman Lapanga (PPL) ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan karya tulis ini.
Akhir
kata, semoga Laporan Program Pengalaman Lapanga (PPL) ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri, dan umumnya bagi para pembaca semua.
Jakarta,
2 Desember 2016
Eko Kristiawan
BAB 1
PENDAHULUAN
Nama Perusahaan : PT.PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Alamat Perusahaan : Jl. Raya
Pelabuhan No. 9 Tanjung Priok, Jakarta 14310
Telp. Perusahaan : +6221-4301080, +6221-4367505
Fax : +6221-4372947
Email : priok@indonesiaport.co.id
Website : www.priokport.co.id
Jenis Usaha : Jasa kepelabuhanan
Direktur : Arif Suhartono
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan dan tersibuk
di Indonesia. Pelabuhan ini menangani lebih dari 30% komoditi Non Migas
Indonesia, disamping itu 50% dari seluruh arus barang yang keluar / masuk
Indonesia melewati pelabuhan ini. Karenanya Tanjung Priok merupakan barometer
perekonomian Indonesia.
Fasilitas intermoda yang lengkap di pelabuhan ini mampu
menghubungkan Tanjung Priok dengan seluruh Kota di Indonesia. Dengan Teknologi
dan fasilitas modern, Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi
mutakhir yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan
internesional (direct call).
Pengembangan pelabuhan ini diarahkan mampu
mengantisipasi percepatan bongkar muat barang melalui penyediaan dan
kelengkapan fasilitas pelayanan spesialisasi. Pembangunan inner road, pelebaran
alur dan pintu gerbang masuk kapal (menjadi two way traffic) dan pendalaman
alur hingga mencapai -14 mLWS merupakan prioritas program yang dilakukan.
Sejarah PT Pelabuhan Indonesia II bermula dari keputusan
pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1960 untuk membentuk Perusahaan Negara
(PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII sebagai pengelola pelabuhan laut di
seluruh Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1960 tentang
pengelolaan pelabuhan umum yang dilakukan oleh
Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP).
Pada tahun 1964, pemerintah menata kembali pengelolaan
pelabuhan umum dengan memisahkan aspek operasional dan komersial dalam
pengelolaan pelabuhan. BPP yang terdiri dari PN Pelabuhan I hingga Pelabuhan
VIII bertanggung jawab terhadap pengelolaan aspek komersial, sementara aspek
operasional dikoordinasikan oleh Lembaga Administrator Pelabuhan (Adpel).
Sementara pada periode 1969-1983 pengelolaan
masing-masing pelabuhan umum dilakukan Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP)
berdasarkanPeraturan Pemerintah No.18 tahun 1969. PN Pelabuhan dibubarkan oleh
Lembaga Pemerintah Port Authority dan diganti menjadi BPP.
Pada tahun 1983, pemerintah mengubah status BPP menjadi
Perusahaan Umum (Perum). Dengan status tersebut, BPP hanya mengelola pelabuhan
umum yang diusahakan saja. Sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak
diusahakan dilakukan langsung oleh Unit Pelaksanaan Teknis Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983
juncto PP No 5 tanggal 5 Februari 1985, Perum Pelabuhan dilebur dan dibagi menjadi
empat wilayah operasi, dengan nama Perum Pelabuhan I sampai IV. Keempat Perum
itu merupakan BUMN yang berada di bawah pembinaan Departemen Perhubungan
Republik Indonesia.
Bentuk Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.57 tahun 1991 yang sahamnya sepenuhnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya berubah menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II, sebagaimana termuat
dalam Akta Pendirian Nomor 3 tanggal 1 Desember 1992.
Selanjutnya bentuk Perusahaan Umum (Perum) diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.57 tahun 1991 yang
sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya
berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II,
sebagaimana termuat dalam Akta Pendirian Nomor 3 tanggal 1 Desember 1992,
sebagaimana diubah dengan Akta Nomor 4 tanggal 5 Mei 1998 yang keduanya dibuat
oleh Imas Fatimah, SH., Notaris di Jakarta serta telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor C2-17612-HTO1O1TH.98 tanggal 6
Oktober 1998.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir adalah
berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam Akta
Notaris No. 2 dari Notaris Agus Sudiono Kuntjoro, SH., tanggal 15 Agustus 2008
jo. Akta Nomor 3 tanggal 30 Juli 2009. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik.
Indonesia No. AHU-80894.AH.01.02.2008 tanggal 3 November
2008. Dasar hukum bagi PT Pelabuhan Indonesia II sebagai BUMN penyelenggara
usaha pelabuhan adalah Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayanan serta Peraturan Pemerintah
No.61 tahun 2009.
Pada tanggal 22 Februari 2012, PT Pelabuhan Indonesia II
(Persero) atau Pelindo II meluncurkan identitas baru Pelindo II dalam
bertransformasi menjadi IPC (indonesia Port Corporation), perusahaan penyedia
layanan kepelabuhanan di Indonesia yang lebih efisien dan modern dalam berbagai
aspek operasinya guna mencapai tujuan menjadi operator pelabuhan berkelas
dunia. Nilai‐nilai yang terkandung di dalam warna jingga di logo baru ini
adalah semangat perubahan, kekuatan, optimisme, serta kebanggaan setiap
karyawan, untuk bersama-sama berdiri di garis terdepan dalam mencapai tujuan
organisasi. Sisi biru pada logo menggambarkan kesiapan memasuki erabaru yang
dinamis dan fleksibilitas setiap komponen dalam perusahaan menghadapi berbagai
tantangan guna mencapai tujuan perusahaan, sebagai a world-class port operator.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok beroperasi penuh menjadi
anak perusahaan ke 14 dari IPC PT. Pelabuhan Indonesia II (Pesero), sesuai
surat Keputusan Bersama Direksi Pelabuhan Indonesia II (persero) dan Direksi
Multi Terminal Indonesia Nomor HK.56/28/5/4/PI.II-14 dan Nomor
HK.476/1/18/MTI-2014 tentang Organisasi PT. Pelabuhan Tanjung Priok tanggal 28
Mei 2014 dan Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No KP 818 TAHUN 2014
Tanggal 29/09/14 tentang pembentukan Badan Usaha Pelabuhan PT. Pelabuhan
Tanjung Priok.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok lahir dengan sebuah
keyakinan besar bahwa PT. Pelabuhan Tanjung Priok akan mampu menciptakan pola
kerja serta kualitas pelayanan kepelabuhanan secara fleksibel, cepat dan
berfokus pada penekanan biaya operasi.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok akan bergerak lebih cepat,
efektif dan efisien dalam melayani kebutuhan para pelanggan atau pengguna jasa
kepelabuhanan, semakin singkat waktu yang diperlukan dalam memproses layanan
kepelabuhanan, semakin rendah pula biaya yang harus dikeluarkan.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok mengintensifkan komunikasi
dengan pelaku usaha dan asosiasi pengguna jasa pelabuhan untuk senantiasa
menjalankan program modernisasi dan efisiensi layanan jasa kepelabahunan.
Bidang usaha perusahaan adalah jasa kepelabuhanan yang
meliputi pelayanan barang dan pelayanan rupa-rupa.
Pelayanan barang merupakan pelayanan bongkar muat mulai
dari kapal hingga penyerahan ke pemilik barang yang meliputi jasa bongkar muat,
jasa penumpukan, dan jasa dermaga.
Pelayanan Rupa-Rupa merupakan jasa pelayanan yang
menunjang kegiatan yang ada di pelabuhan, meliputi: jasa persewaan alat - alat
pelabuhan, jasa persewaan alat - alat pelabuhan, penyediaan listrik, penyediaan
jasa lainnya, penyediaan air bersih dan telepon umum. Selain berbagai kegiatan
usaha utama tersebut Perseroan juga mengembangkan kegiatan usaha lain yang
dapat menunjang tercapainya tujuan Perseroan dan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan.
Pelayanan dan kepuasan pelanggan sebagai kata kunci
seluruh aktivitas perusahaan harus menjadi budaya dan etika setiap elemen
perusahaan dalam pelaksanaan tugasnya, sebagaimana yang tercermin dalam visi
dan misi perusahaan.
VISI PERUSAHAAN
Menjadi hub nasional terdepan yang melayani pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
MISI PERUSAHAAN
·
Menjamin terlaksananya pelayanan yang produktif
aman, mengedepankan keselamatan, dan ramah lingkungan.
·
Menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan
mitra bisnis.
·
Menyelanggarakan budaya perusahaan yang bersih,
menyenangkan untuk bekerja dan memberikan kesempatan yang sama untuk
berkembang.
·
Menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang
transparan, akuntabel, bertanggung jawab, berinterigritas, dan adil.
NILAI
PERUSAHAAN
Customer
Centric "Meet Customer Expectation"
1.
Secara proaktif mencari tahu serta memahami kebutuhan
pelanggan untuk memberikan solusi-solusi yang inovatif.
2.
Membangun hubungan jangka panjang yang baik dengan para
pelanggan.
3.
Secara konsisten memberikan pelayanan terbaik dan
berkualitas untuk membantu para pelanggan tumbuh dan berkembang.
Integrity
"Walk The Talk"
1.
Menumbuhkan rasa percaya dengan mengatakan apa yang
kita rasakan serta melakukan apa yang kita ucapkan.
2.
Menunjukan sikap profesional dan jujur dalam
berinteraksi dengan pihak internal maupun eksternal.
3.
Berperilaku disiplin dan patuh terhadap kode etik
bisnis di dalam melakukan pekerjaan kita sehari-hari.
Nationalism
"National Pride"
1.
Menumbuhkan semangat dan ikut berperan mensukseskan
program pemerintah dalam pembangunan nasional.
2.
Menumbuhkan rasa bangga dan semangat nasionalisme dalam
berkarya.
3.
Terus berkembang dan mampu bersaing dengan perusahaan
pengelola pelabuhan kelas dunia.
Team
Work "Together We Can"
1.
Berkolaborasi dalam Tim untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
2.
Bekerja bersama-sama menghasilkan ide-ide implementatif
untuk solusi kebutuhan pengguna jasa pelabuhan.
3.
Semangat kebersamaan dan menhargai orang lain.
Action
"Make It Happen"
1.
Berani bermimpi dan berusaha mewujudkannya.
2.
Proaktif untuk mencari cara dalam mewujudkan visi
perusahaan.
3.
Melakukan terobosan-terobosan dan langkah nyata dalam
mendorong perkembangan perusahaan.


Ship Operation:
1.
Eksekusi Tally bongkaran dan muatan.
2.
Eksekusi Tally manual pada tally sheet.
3.
Menulis laporan timesheet kegiatan kapal.
4.
Melaporkan kepada admin apabila ada petikemas yang bermasalah
saat eksekusi.
Yard Operation:
1.
Eksekusi Placement bongkaran (discharging) dan muatan
(receiving).
2.
On Chassis muatan untuk loading dan bongkaran untuk
delivery.
3.
Melaporkan kepada admin apabila ada petikemas yang
bermasalah saat eksekusi.
Gate Operation:
1.
Eksekusi Gate In Receiving dan Delivery.
2.
Eksekusi Java Gate Out untuk cetak EIR dan CMS
3.
Berkoordinasi dengan Yard Operation untuk menerima
informasi lokasi penumpukan.
4.
Melaporkan kepada admin apabila ada petikemas yang
bermasalah saat eksekusi
Operation Support (Admin):
1.
Eksekusi pada petikemas bermasalah yang masih bisa
dihandling.
2.
Membuat laporan harian SPR (Ship Performance Report).
3.
Melaporkan kepada bagian Planning and Control apabila
ada kapal yang sandar dan apabila ada petikemas bermasalah pada saat eksekusi
yang bersifat critical (tidak bias dihandling sendiri).
4.
Membuat Daily Report, Statement Of Fact, Check List
kapal dan mencocokan ke PBM serta pihak Pelayaran pada saat kapal selesai
kegiatan.
BAB II
PELAKSANAAN PPL
Program Pengalaman Lapangan ini berlangsung selama 2
bulan mulai dari tanggal 31 Oktober 2016 s/d 31 Desember 2016. Selama
menjalankan Program Pengalaman Lapangan di PT. Pelabuhan Tanjung Priok, penulis
ditempatkan pada Divisi Operasi Terminal 1, terminal petikemas Nusantara 2.
Dengan pola kerja 3 shift, 2 hari pagi (08.00-16.00 WIB) 2 hari siang
(16.00-00.00 WIB) 2 hari malam (00.00-08.00 WIB) dan 2 hari libur.
Untuk mempermudah penulisan, penulis membagi kegiatan
selama PPL menjadi 4 kegiatan, yaitu:
1.
Pengenalan Teori Dan Lapangan
Dalam pengenalan teori dan lapangan ini sesuai dengan apa yang penulis
pelajari terdiri dari:
A.
Container
Petikemas
(container) adalah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran
tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan
sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Filosofi di balik Petikemas
adalah membungkus atau membawa muatan dalam peti-peti yang sama dan membuat
semua kendaraan dapat mengangkutnya sebagai satu kesatuan, baik kendaraan itu
berupa Kapal laut, kereta api, truk, atau angkutan lainnya, dan dapat
membawanya secara cepat, aman, dan efisien atau bila mungkin, dari pintu ke
pintu (door to door).
Ukuran muatan dalam
pembongkaran/pemuatan kapal peti kemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot
equivalent unit). Oleh karena ukuran standar dari peti kemas dimulai dari
panjang 20 feet, maka satu peti kemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU dan peti
kemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU atau sering juga dinyatakan delam FEU
(fourty foot equivalent unit).
Container mempunyai standard dimension dan keistemewaan dalam hal penangannya
dan untuk aliran perpindahan dari satu cara pemindahan ke yang lainnya.
Ada dapun macam – macam container
berdasarkan ukuran panjangnya adalah sebagai berikut:
20 FT

40 FT

45 FT
Kontainer standar yang digunakan
untuk mengangkut semua jenis muatan umum (Kargo kering)

Container digunakan terhadap semua jenis kargo umum (kargo kering),
khususnya digunakan untuk muatan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Muatan Berat
a. Muatan Berat
b. Muatan tinggi
c. Muatan yang proses
pemuatanya tidak dapat dilakukan secara normal ( loading dari atas )
Flatracks digunakan khususnya untuk mengangkut muatan berat ( Alat berat
Heavy lift dan kargo overheight atau overwidth )
Reefer Container digunakan untuk mengangkut muatan yang memerlukan
penanganan suhu tertentu / di atas atau di bawah titik beku. Barang-barang
dibagi menjadi barang dingin dan barang beku, tergantung pada suhu yang
diinginkan. Umumnya meliputi produk buah-buahan, sayuran, daging dan susu,
seperti mentega dan keju.
Container tangki digunakan untuk mengangkut muatan cair, seperti: Bahan
pangan: jus buah, minyak manis. Kimia: bahan berbahaya, seperti bahan bakar,
zat beracun, agen perlindungan korosi
Digunakan untuk muatan pakaian yang cara penyimpanannya dengan cara
digantung.
Kontainer berventilasi digunakan terutama untuk mengangkut muatan yang
memerlukan sirkulasi udara yang cukup. Salah satu yang paling signifikan dari
komoditas tersebut adalah biji kopi
Bulk Container digunakan terutama untuk mengangkut muatan dalam bentuk
curah, seperti butiran, bahan pakan, rempah-rempah.
Jenis container yang didesignt untuk dapat melakukan pemuatan muatan dari
sisi samping.
Jenis container yang dipergunakan untuk muatan dengan ukuran lebih besar
dan beratnya melebihi standar muatan pada umumnya.
Untuk di
Terminal Operasi 1 kontainer yang biasa dihandle adalah 20 ft, 40ft, refer, iso
tank, platform, flatrack dan oopen top. (dry and high cube)
Keuntungan
dan kerugian menggunakan container:
Keuntungan
·
Resiko kehilangan serta kerusakan sangat kecil.
·
Bongkar muat sangat cepat.
·
Biaya lebih murah : Biaya pengapalan, Biaya
penumpukan, Biaya penyediaan pengepakan/ kemasan seperti peti-peti dll
·
Mata ranrtai antara Shipper dan Consignee dengan
sendirinya dikurangi terutama door to door service
·
Resiko bercampurnya barang-barang yang dapat
merusak tidak akan terjadi, apabila terjadi hanyalah keselahan Stuffing bagi
LCL Cargo
·
Bagi pemilik barang, sangat mudah mengawasinya
(cukup dengan mengetahui nomor container).
Kerugian
·
Dalam Containerisasi, kita dihadapkan pada biaya
investasi yang tinggi, Terminal harus khusus untuk terminal Container dengan
peralatan yang khusus.
·
Organisasi serta management yang luas dengan
tenaga-tenaga yang terampil sesuai dengan bidang pekerjaannya.
·
Akan terjadi perubahan yang drastis dalam dunia
Shipping dan Port terutama dari Labour Intensive menjadi Capital intensive.
B.
Ship Operation / Stevedoring
Merupakan kegiatan bongkar muat dari
dan ke kapal.
a. Bongkar
/ Discharging adalah kegiatan pemindahan petikemas dari kapal ke dermaga atau
ke chassis untuk kemuadian dibawa menuju lapangan penumpukan. Namun ada juga yang
hanya sekedar diturunkan ke dermaga kemuadian dimuat kembali atau disebut
shifting by landing.
b. Muat
/ Loading adalah kegiatan memindahkan petikemas dari dermaga kedalam kapal.
c. Bay
Plan adalah perencanaan posisi petikemas di dalam kapal.








d. Alat
bongkar muat adalah alat – alat yang digunakan untuk memindahkan petikemas dari
atau ke dalam kapal. Ada beberpa jenis alat bongkar muat, yaitu: harbour mobile
crane (HMC), quay crane (QC), gantry luffing crane (GLC), container crane (CC),
jib crane. Untuk di Terminal Operasi 1 (TO1) sediri alat yang digunakan adalah
jenis HMC, yang di operasikan bersama pihak kedua yaitu PT. Escorindo Stevedoring.
C.
Haulage Operation / Cargodoring
Adalah kegiatan
pemindahan petikemas dari dermaga menuju lapangan penumpukan atau sebaliknya.
Macam-macam haulage equipment, yaitu: internal truck, straddle carrier, automated guided vehicle (AGV). Untuk di TO 1
alat yang digunakan adalah internal truck yang diopersikan oleh pihak kedua.
D.
Yard Operation
a.
Lapangan Penumpukan (CY) adalah tempat penumpukan
sementara petikemas yang akan dimuat ke kapal atau yang akan dikirim ke pemilik
barang.
b.
Lift On yaitu kegiatan memindahkan petikemas dari CY ke
atas chassis. Jika chassis dari internal truk maka petikemas akan dibawa ke
dermaga untuk dimuat kekapal, bila chassis eksternal truck (truk dari luar)
berarti ppeti kemas akan dikirim (delivery) ke pemilik barang.
c.
Lift Off yaitu kegiatan pemindahan petikemas dari atas
chassis ke CY. Jika chassis dari internal truk berarti petikemas tersebut
adalah bongkaran kapal, bila eksternal truk berarti peti kemas tersebut dari
pabrik atau pemilik barang (receiving) yang nantinya akan dimuat ke kapal.
d.
Yard equipment adalah alat-alat yang digunakan untuk
memindahkan petikemas dari chassis ke CY atau sebaliknya. Yang terdiri dari
beberapa jenis, yaitu: rubber tired gantry cranes (RTGC), rail mounted gantry
cranes (RMGC), reach stackers (RS), side loader, top loader dan forklift. Utuk
TO 1 dalam operasionalnya menggunakan RTGC, RS dan Forklift, yang diopersikan
oleh pihak kedua yaitu PT MTI dan ESCO.
e.
Yard Plan adalah perencanaan posisi petikemas di
lapangan penumpukan. Yang salah satu fungsinya untuk mengurangi angsuran (memindahkan
petikemas dari satu tempat ke tempat lain dalam CY tanpa menggunakan chassis)




Ket: Hv :
Heavy
Me : Medium
Mh :
Medium Heavy
Ml :
Medium Light
L : Light
Berdasarkan trend kapal dan untuk
mengurangi proses shuffling saat muat, maka di tetapkan weight group yang dipergunakan
saat perencanaan adalah:
Pelayaran Pulau Laut dan Meratus
W1 = 0 – 15 ton
W2 = 15.1 – 20 ton
W3 = 20.1 – 25 ton
W4 = 25.1 – 29 ton
W5 = > 29 ton
Pelayaran CTP
W1 = 0 – 10 ton
W2 = 10.1 – 15 ton
W3 = 15.1 – 20 ton
W4 = 20.1 – 25 ton
W5 = > 25 ton
Lapangan penumpukan petikemas
Terminal Operasi 1 Nusantara 2 terdiri dari tiga lapangan penumpukan
Lapangan
|
Luas (m2)
|
Blok
|
Kapasitas (teus)
|
PERCA
|
4462
|
2A
|
1050
|
3BF
|
60
|
||
4BF
|
120
|
||
005
|
|
3A
|
220
|
3B
|
240
|
||
3C
|
250
|
||
3D
|
250
|
||
3E
|
75
|
||
4A
|
605
|
||
4B
|
220
|
||
TRISARI
|
|
1A
|
1015
|
1B
|
700
|
||
1BF
|
120
|
||
2BF
|
120
|
Untuk block BF
biasanya digunakan untuk container dengan penangan khusus semisal flatrack,
open top, platform, dan petikemas dengan label Dangerous Goods(DG) / barang
berbahaya yang perbolehkan via CY.
E.
Gate Operation
Adalah kegiatan untuk memfilter petikemas yang akan
masuk maupun yang akan keluar dari dan ke lapangan penumpukan.
a.
Receiving adalah aktivitas pergerakan Container
dari hinterland / luar melalui in gate menuju Container yard
(CY)/lapangan penumpukan untuk di stack/ditumpuk.
b.
Delivery adalah aktifitas pergerakan Container
dari Container yard (CY)/lapangan penumpukan melalui out gate menuju
hinterland.
Didalam sebuah terminal petikemas, gate memiliki
peranan yang sangat penting guna memperlancar arus barang ekspor maupun impor.
Adapun fungsi gate antara lain:
a.
Sebagai filter awal pelayanan peti kemas ekspor:
·
Serah terima petikemas dari consignee kepada TOI
·
Akurasi petikemas untuk head print loading.
·
Mempercepat kinerja pelayanan muat.
·
Kesesuaian dokumen dengan container.
b.
Sebagai filter akhir pelayanan petikemas impor:
·
Memastikan bahwa petikemas yang telah diserahkan
kepada pemilik adalah benar dan sesuai dengan prosedur.
·
Mempercepat penyediaan space import.
·
Meminimalisasi klaim setelah petikemas keluar.
F.
IPC Terminal Operating System (ITOS).
Dalam operasioalnya
TO1 menggunakan sistem yang diberi nama IPC Terminal Operating System (ITOS).
Sistem ini mulai trial di TO1 Pebruari 2015 dan efektif mulai Juni 2015. Dengan
adanya sistem ini monitoring terhadap petikemas jadi lebih mudah dan dapat
meminimalisir pungutan liar karena sistem ini berbasis online.
Ada 3 modul dalam ITOS,
yaitu Billing, Terminal dan Pda. Setiap modul mempunyai fungsi peranan
masing-masing. Modul Billing digunakan untuk payment yang diopersikan oleh
Billing. Modul Terminal untuk prencanaan yang dioperasikan oleh Planning and
Control. Dan terakhir PDA untuk eksekusi dilapangan yang operasikan oleh pelaksana
lapangan. Namun dalam prakteknya pelaksana lapangan juga bisa membuka modul
billing dan terminal sekedar untuk tahu status dan posisi petikemas. Untuk
menunjang akurasi data real time, setiap petugas operasional menggunakan alat
Handheld.
Tampilan ITOS dan Handheld


G.
Proses Kegiatan dan Status dalam ITOS
Jadi rangkaian kegiatan
dalam terminal petikemas dapat diringkas dalam 2 kegiatan, yaitu inbound dan
outbound. Inbound yaitu rangkaian sampai kemudian delivery. Outbound yaitu
rangkaian proses kegiatan dari receiving, stacking sampai kemudian loading
setelah kapal sandar. Setelah dieksekusi dalam sistem ITOS, status petikemas
akan berubah dalam sistem sesuai dengan proses yang sudah dilalui.


2.
Implementasi Teori dan Sistem
Setelah mengetahui
dasar dari Container Terminal Operation (CTO) dan sistem yang digunakan pada
TO1, penulis mulai aktif untuk setiap tahapan kegiatan operasional. Dimana
setiap minggunya dirolling agar dapat memahami setiap kegiatan yang ada, mulai
dari gate in/out, lapangan (CY) dan dermaga. Berikut akan penulis jelaskan tiap
tahapan operasi, mulai dari:
1. Gate
Operation (Gate IN/OUT)
Setiap eksternal
truk yang masuk terminal harus dilengkapi dengan dokumen Receiving Card (RC)
untuk penyerahan petikemas, dan Surat Penyerahan Petikemas (SP2) untuk
pengambilan petikemas. Ada 2 petugas setiap pintu gate, yang pertama bertugas
cek fisik sesui atau tidak dengan dokumennya setelah itu eksekusi sitem Itos dengan
handheild. Petugas kedua bertugas mencetak CMS atau EIR sebagai bukti kesesuaian
fisik dengan dokumen petikemas dan sebagai petunjuk dimana posisi petikemas
yang akan ditumpuk maupun diambil.
a.
Gate IN Receiving
·
Petugas gate mengecek dokumen RC dan fisik
petikemas.

·
Petugas gate eksekusi Gate In Inspection pada
sistem ITOS.

·
Petugas gate eksekusi Truck In Receiving pada
Java ITOS (pillih kombinasi Gate IN dan RECEIVING).

·
Petugas gate
mencetak Conainer Moving Slip (CMS).

b.
Gate In Delivery
·
Petugas gate mengecek dokumen SP2 yang dibawa
oleh sopir

·
Petugas eksekusi Gate In Delivery pada sistem
ITOS.

·
Petugas gate eksekusi Truck In Delivery pada
Java ITOS (pilih kombinasi Gate IN dan DELIVERY).
·
Petugas gate mencetak CMS.

c.
Gate Out Receiving
·
Petugas gate eksekusi Truck Out Receiving pada
Java ITOS (pilih kombinasi Gate Out dan Receiving).
·
Petugas gate mencetak Equipment Interchange
Receipt (EIR).

d.
Gate Out Delivery
·
Petugas gate mengecek dokumen SP2 dan
menyesuaikan dengan kondisi fisik petikemas.
·
Petugas gate eksekusi Gate Out Inspections
Deliver pada sistem ITOS.

·
Petugas gate eksekusi Truk Out Delivery pada
Java ITOS (pillih kombinasi Gate IN dan DELIVERY).
·
Petugas Gate mencetak EIR.

2. Yard
Operation
Pada tahapan ini
petugas lapangan mempunyai tugas yang pertama eksekusi Placement (Lift Off)
petikemas yang masuk (receiving), sampai nanti ketika kapal sudah sandar petugas
eksekusi On Chassis (Lift On) yang bertanda bahwa petikemas telah dipindah ke
chassis internal truck untuk kemudian dibawa ke dermaga dan dimuat ke kapal.
Tugas yang kedua eksekusi Placement petikemas dari bongkaran kapal, sampai
nanti eksekusi On Chassis Delivery yang berarti bahwa petikemas telah
dipindahkan ke atas chassis eksternal truck untuk kemudian dikirim ke pemilik
barang.
Untuk placement receiving
dan bongkaran harus menyesuaikan PA dari Planner posisi Block dan Slotnya,
sementara untuk posisi row dan tiernya mengikuti aturan yang telah ada.
Untuk placement
dan on chassis pada sistem ITOS ada pada satu menu yaitu menu placement.
Berikut tampilan menu placement untuk eksekusi placement dan on chassi.

3. Ship
Operation
Ini adalah tahapan
akhir untuk petikemas ekspor (out bound siklus) dan tahapan awal untuk
petikemas impor (in bound siklus). Setelah kapal sandar petugas dermaga
memberikan info kepada planner. Untuk kemuadian planner membuat alokasi alat
yang digunakank, kemudian open sistem discharge dan loading pada sistem ITOS
sehingga petugas dermaga bisa eksekusi tally discharge dan loading.
Pada tally
discharge petugas harus menyesuaikan kondisi fisik terutama prefik number
petikemas, yang harus sesuai dengan yang muncul pada sistem. Untuk tally
loading posisi bay petikemas dikapal harus sesuai dengan Bay Plan dari planner
sedang row tier menyesuaikan tujuan dan aturan yang telah ada. Berikut tampilan menu tally pada sistem ITOS.

3.
Kesimpulan dari siklus Terminal Petikemas dan statusnya
pada sistem ITOS.
Dari tahapan terminal
operasi penulis dapat simpulkan alur proses dan status pada sistem ITOS, yang
terdiri dari In Bound dan Out Bound.

4.
Identifikasi kendala implementasi sistem ITOS.
Kendala implementasi sitem ITOS pada
terminal Operasi 1 dapat penulis rangkum sebagai berikut:
·
SDM yang kurang menguasai tehnologi, dan diatas
usia produktif.
·
Jumlah gate kurang dan alur sistem yang terlalu
panjang sering mengakibatkan kemacetan.
·
Koordinasi yang kurang ketika terjadi masalah
saat eksekusi sistem.
·
Perbedaan paid thru pada sistem billing dengan
terminal operation yang mengakibatkan petikemas tidak bisa di eksekusi.
BAB III
PENUTUP
No
|
Keterangan
|
Teori
|
Praktek
|
1
|
Monopoli BUMN
|
BUMN berada
pada pasar monopoli.
|
BUMN dalam menjalankan
usaha melakukan joint venture dengan swasta, misalnya dalam pengadaan dan
penggunaan alat bongkar muat.
|
2
|
SP2
|
Setiap truk
kosong yang masuk melewati gate harus membawa dokumen SP2.
|
Tidak semua
truk kosong yang masuk terminal melewati gate membawa SP2, terutama untuk
pengambilan petikemas empty, biasanya SP2 dibagi oleh PBM setelah petikemas
dinaikkan ke chassis.
|
3
|
Pencetakan CMS
dan EIR
|
Sesuai dengan
alur sistem yang ada setiap petikemas yang masuk dan keluar harus cetak CMS
dan EIR
|
Karena proses
terlalu lama sehingga mengakibatkan kemacetan dan kertas printer yang sering
habis, maka petugas menggunakan menu terminal gate, akibatnya CMS dan EIR
tidak dicetak.
|
4
|
Closing Time
|
Waktu
ditutupnya penerimaan petikemas pada kapal yang direncanakan sebelumny.a.
Jadi petikemas yang sudah melewati closing time tidak boleh masuk terminal
|
Petikemas yang
sudah closing time masih bisa masuk sambil menunggu diperpanjang waktu
closing time oleh planner atas permintaan PBM.
|
5
|
Block Buffer
|
Blok yang
diperuntukan untuk stacking petikemas DG atau perlu penanganan khusus.
|
Digunakan
untuk petikemas apa saja.
|
6
|
Real time
sistem
|
Sistem ITOS
merupakan real time sistem.
|
Untuk proses
dilapangan dan dermaga, menggunakan runner yang bertugas mengumpulkan tally
dermaga dan lapangan, baru kemuadian input kesistem ITOS.
|
Komentar
Posting Komentar